(CERPEN)
TIPUAN SECARIK
KERTAS
(Karya
: DYAN SETHYA NUGROHO)
Hari yang cerah. Langit bagai laut tenang yang biru benderang. Angin
menghembuskan butiran-butiran kesejukan hati dan pikiran. Matahari tersenyum
ria menyambut dunia.
Kisah itu bermula ketika aku masih duduk dikelas 1 SMP. Awal masuk kelas
1 SMP, aku dikenal sebagai anak pemalu. teman-temanku juga bilang seperti itu
juga. Tapi walaupun aku termasuk tipikal anak pemalu, aku termasuk anak yang
takut yang namanya terlambat dan nilai sedikit. Terkadang karena kekawatiranku
mengenai nilai buruk, teman-temanku selalu mengejek bahkan menertawakanku. Aku
sering dikatakan sok lah, lalu dibilang gaya dan lainnya. Hatiku seperti
dibakar api yang sangat panas. Ingin rasanya aku menyumpal gumpalan kertas ke dalam
mulutnya. Tapi sudahlah, paling dia iri kepadaku. Itulah yang selalu aku tanam
dalam hatiku.
Pukul 07.30, tepatnya pelajaran matematika dimulai. Pak Burhan adalah
guru matematikaku. Aku dari dulu memang tidak suka dipelajaran matematika. Dia
termasuk guru yang ramah. namun sayang, aku tidak begitu suka dengan
pelajarannya soalnya dia menerangkannya terlalu cepat dan itu yang membuatku
malas. Setelah pak Burhan menjelaskan pelajaran hari ini. Tiba-tiba . . . .
"
Anak-anak, besok ulangan matematika. pelajari sampai materi hari ini. Ingat!!
Belajar nanti malam ". Ucap Pak Burhan dengan senyuman manis dan rayuan
yang terpampang sampai garis katulistiwa ( Seperti kata syahrio. hehehe
)." iya pak " suara serempak murid-murid didalam kelas.
takut,tegang, dan gelisah mulai merasuk kedalam tubuhku. Bel pulang telah
dibunyikan. Semua murid berlarian menuju rumahnya masing-masing. sementara aku
berjalan lemah. Beratnya langkah kakiku untuk berjalan seperti ditahan batu
yang besar. Hatiku dibaluti rasa takut yang memuncak. Langkah-langkah kecil
perlahan sampai dirumah. Kulepas sepatuku dan masuk ke kamar seperti orang
ketakutan diserbu hantu. Keringat dingin mulai bercucuran keluar dari tubuhku.
Wajahku semakin pucat. Bisikan angin yang membuatku lemah tak berdaya.
Siang pun berganti malam. Langitpun tak seterang birunya laut. Tapi
kesejukan menghampiri malam. Aku coba pergi ke rumah temanku. Roni, dia teman
sekampungku. Sekolah kami sama Cuma kelasnya yang beda.” Assalamu’alaikum”
ucapku sambil mengetuk pintu.”wa’alaikum salam”,kata roni dengan membuka pintu
rumahnya.” Hi, yan. Ada pa? kok tumben dating ke sini?”, sapanya kepadaku
dengan rasa penasarang tertutup senyumannya.” Iya nih. Aku mau Tanya, apa kamu
bisa ajarin aku matematika? Soalnya besok pak burhan mengadakan ulangan
dikelasku. Aku tu nggak paham mengenai penjelasannya. Rumit dan berbelit-belit.
Otakku nggak bias mencernanya”. Kataku dengan penuh harap.” Ha? Kamu nggak
bisa? Apa lagi aku.”. katanya sambil menahan tawa.” Ya sudah. Makasih”,ucapku.
Kupalingkan tubuhku. Ku pulang kembali kerumah. Aku masih memikirkan besok.”
Gimana ya. Besok ulangan sedangkan akunggak belajar. Kalau belajar, aku nggak
paham. Tapi kalau nggak belajar apa besok bisa mengerjakan ulangan……., wah..
aku punya idea cara biar besok berhasil”,ucapku dengan penuh keyakinan.
Hari menegangkanpun telah tiba. Pukul 08.00, murid-murid duduk dimejanya
masing-masing. Tak lama kemudian pak Burhan datang.” Siapkan kertas dan
bolpoint. Yang ikut ulangan yang pertama, no. absent 1-15 dan yang lainnya
keluar”, Dengan suara mantap. Hari ini tidak yang seperti aku harapkan.
Kegelisahanpun merasuk jiwaku.” Ternyata dugaanku salah. Padahal si aku mau
nyontek teman tapi kok duduknya 1 meja 1 orang lagi. Gagal deh rencana
pertamaku. Malah aku nomer 7. Untung saja aku punya rencana yang ke dua”,
kataku sambil menata posisi dudukku.
Suasana sunyi bercampur tegang mengguyur seisi kelasku. Tanpa kata dan
bunyi terdengar. Saat murid-murid lain lagi sibuk mengerjakan ulangan dan pak
guru sedang asyik baca Koran. “ saatnya rencana ini dimulai”.kataku dengan
suara lirih. Kutarik secarik kertas dari saku celanaku. Diam-diam ku buka dan
kubaca semua isinya. Dengan tangan gemetar kucoba untuk tenang. Ku tulis semua
jawabanku sampai selesai. Tanpa berfikir panjang, kutaruh kertas jawabanku
didepan meja pak burhan.” Akhirnya keluar juga. Maga ja nilaiku bagus”,dengan
senyum penuh keyakinan. Hari ini telah terlewati. Ulanganpun telah usai.
Saatnya menunggu hasilnya.
Besok adalah hari penentuan siapa nilai tertinggi dan nilai terendah.
Perasaanku bercampur aduk tidak karuan.”….. nilai terendah adalah setya. Yang
lainnya nilai diatas rata-rata”,ucap pak guru dengan lantang sambil menunjukkan
nilai ulangan di depan murid-muridnya.
Ternyata nama itu adalah aku. Mulutku diam tanpa kata seperti terkunci
rapat. Lemah dan sedih. Kucoba untuk tenang. Tapi perasaan takut mulai
mendekat. Dengan rasa heran,ku duduk dipojok kelas. Sendiri ku memendam rasa
sedih ini.” Padahal aku lihat contekan kertasku tapi kenapa tidak lulus malahan
teman-temanku pada lulus semua”. Lalu kupulang dengan langkah tanpa penuh
semangat. keringaTpun semakin deras membasahiku.” Bagaimana ini bisa terjadi?
Rupanya kertas yang aku buat malahan menjerumuskanku”>. Ingin rasanya aku
mengulang waktu itu tapi sudah terlambat. Rasa penyesalan terus menghantuiku.
Tapi aku sadar dengan kejadian itu, aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku
harusnya berusaha untuk bisa dan melakukan sesuatu sendiri sebab hasil kerja
sendiri lebih baik daripada kerja orang lain. Walaupun nilai sedikit. Tetapi
itu jerih payah dari diri sendiri serta bangga tentunya.
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar